oleh : Hadianto, SP. / Penyuluh Kehutanan Ahli Pertama
Budidaya lebah madu klanceng memiliki potensi untuk dikembangkan karena kemudahan dalam pengelolaan budidaya serta permintaan pasar dan harga jual terhadap produk madu dan propolis yang tinggi. Kondisi lingkungan meliputi suhu, kelembaban, dan ketinggian suatu wilayah akan mempengaruhi produktivitas lebah klanceng. Desa Ngebel Kecamatan Ngebel Kabupaten Ponorogo merupakan Desa dengan ketinggian antara 1000-1200 mdpl, sehingga memiliki suhu yang lumayan rendah. Kondisi lingkungan inilah yang mendukung produktivitas tinggi lebah klanceng yang ada di Desa Ngebel.
Dewasa ini, teknologi dalam ekstraksi sarang lebah madu mengalami perkembangan. Madu dikeluarkan/diekstraksi dari sarangnya dengan cara dihancurkan atau dengan menggunakan ekstraktor madu. Ekstraktor madu atau alat pemeras sarang madu adalah alat mekanis yang digunakan dalam ekstraksi madu dari sarang lebah. Kelompok Tani Hutan (KTH) Telaga Lestari telah mempunyai alat ekstraktor madu bantuan Universitas Brawijaya Malang.
Lebah Trigona SP adalah serangga kecil berwarna hitam, dengan panjang tubuh antara 3-4 mm, serta rentang sayap 8 mm. Lebah pekerja memiliki kepala besar dan rahang panjang. Sedang lebah ratu berukuran 3-4 kali ukuran lebah pekerja, perut besar mirip laron, berwarna kecoklatan dan mempunyai sayap pendek. Lebah untuk melaksanakan ini tidak mempunyai sengat (stingless bee). Produksi dan perkembangan dari lebah Trigona sp ini sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, meliputi suhu, kelembaban udara, curah hujan dan ketinggian tempat. Disamping itu ketersedian pakan sangat menentukan keberhasilan budidaya lebah Trigona sp.
Dalam upaya peningkatan produksi madu baik dari segi kualitas maupun kuantitas sangat berkaitan dengan temperatur udara, kebersihan dan keamanan stup, penggunaan stup yang modern, penerapan teknik budidaya lebah yang baik, serta pengendalian hama dan penyakit lebah. Faktor lain yang dapat meningkatkan produktivitas yaitu cara ekstraksi madu yang digunakan dalam proses pemanenan. Penggunaan ekstraktor sebagai alat bantu panen madu umumnya digunakan oleh peternak lebah madu modern. Ekstraktor merupakan alat dengan bentuk silinder dengan bingkai penampung sarang yang berputar dengan gaya sentrifugal. Pemanenan madu menggunakan ekstraktor memiliki beberapa keunggulan, antara lain:
- Pemanenan madu dapat berlangsung secara cepat
- Kualitas dan kebersihan madu lebih terjaga
- Rendemen lebih tinggi
Dari hasil ekstraksi yang dilakukan dari sarang lebah dengan berat 607 gr menghasilkan madu sebanyak 365 ml. Dibandingkan dengan ekstraksi yang dilakukan secara tradisional, ekstraksi dengan menggunakan alat ekstraktor mekanik ini cenderung menghasilkan madu lebih banyak. Hal ini dikarenakan adanya sisa madu yang ada pada sarang lebah cenderung lebih sedikit dibandingkan dengan ekstraksi lebah madu secara manual. Akan tetapi penggunaan alat ekstraktor mekanik memiliki beberapa kelemahan antara lain:
- Sarang lebah rusak sehingga tidak dapat dimanfaatkan
Putaran sentrifugal yang terlalu cepat mengakibatkan kerusakan pada sarang sehingga sarang lebah tidak dapat dimanfaatkan kembali.
- Perlu adanya penyaringan madu lanjutan
Karena saat sarang dimasukkan kedalam alat ekstraktor masih bercampur dengan larva dan lilin sehingga madu yang keluar dari alat ekstraktor sedikit keruh dan perlu adanya penyaringan lanjutan.
- Tercampurnya madu dengan pollen
Hasil madu yang keluar dari alat ekstraktor masih tercampur dengan pollen, sehingga membutuhkan waktu dalam memisahankan pollen dengan madu.
Dengan adanya kegiatan proses ekstraksi lebah madu Trigona sp. Dengan menggunakan alat ekstraktor ini anggota KTH Telaga Lestari mendapat manfaat dan produksi madu Trigona sp. di Kelompok Tani Hutan (KTH) Telaga Lestari dapat lebih meningkat. (hpw)