Oleh : TOHARI, SP (PK CDK Pacitan )
Bambu, buluh, atau aur adalah tumbuhan berbunga menahunhijau abadi dari subfamili Bambusoideae yang termasuk famili Poaceae. Bambu dikenal juga dengan istilah preng atau pring dalam bahasaJawa, awi atau tamiang atau haur atau aur atau suluh dalam bahasa Sunda, bangu dalam bahasa Badui, tabatiko dalam bahasa Ternate, dan ute dalam bahasa Ambon.[3] Di dunia ini bambu merupakan salah satu tanaman dengan pertumbuhan paling cepat. Karena memiliki sistem rhizoma-dependen unik, dalam sehari bambu dapat tumbuh sepanjang 60 cm (24 Inchi) bahkan lebih, tergantung pada kondisi tanah dan klimatologi tempat ia ditanam (dikutip dari Ensiklopedia Indonesia).
Bambu juga digunakan untuk membuat sumpit dan alat memasak lainnya seperti spatula. Bambu merupakan bahan baku dari berbagai peralatan rumah tangga yang utama sebelum datangnya era peralatan rumah tangga dari plastik. Anyaman batang bambu yang dipotong tipis dapat digarap menjadi bakul nasi (cething (bahasa Jawa) atau boboko (bahasa Sunda), tampah, bubu/perangkap ikan, tempat kue (besek), topi bambu (caping) adalah contoh dari beberapa peralatan yang terbuat dari anyaman batang bambu.
Bambu merupakan hasil hutan bukan kayu yang sangat luas diwilayah Kecamatan Nawangan . tanaman bambu tumbuh menyebar diseluruh desa-desa di Kecamatan Nawangan. Pemanfaatan bambu di Nawangan Sebagian besar untuk bangunan rumah dan lainnya. Ada Sebagian masyarakat yang memanfaatkan bambu sebagai anyaman peralatan rumah tangga.
Potensi Bambu di Desa Sempu Kecamatan Nawangan Kabupaten Pacitan cukup melimpah dan beragam, diantaranya adalah jenis bambu Apus, bambu Ori, Bambu Jawa, dan bambu Ampel.
Di desa Sempu Kecmatan Nawangan bambu di manfaatkan oleh Sebagian masyarakat untuk membuat kerajinan alat rumah tangga ( tumbu, tampah, rinjing ) dan lainnya.
Di Kelompok Tani Hutan Wonomulyo II desa Sempu Kecamatan Nawangan ada beberapa anggota kelompok yang mengusahakan pengolahan bambu menjadi “Lidi Tusuk Sate”
Ada 7 orang yang melakukan kegiatan usaha tersebut. Mereka mengusahakan peralatan mesin secara swadaya. Mesin yang mereka gunakan adalah mesin rakitan yang dipesan dan dibeli dari pengrajin alat mesin di Bulukerto kabupaten Wonogiiri, dengan mesin penggerak menggunakan tenaga Listrik. Usaha ini telah dijalankan sejak tahun 2017 dan sampai sekarang masih terus berjalan.
Dan Kelompok Tani Hutan Wonomulyo II pernah menerima Bantuan 1 unit mesin Penyerut Lidi dari Dinas Kehutanan Propinsi Jawa Timur tahun 2022, kondisi mesin sampai saat ini masih berfungsi dan sudah dilakukan perbaikan pergantian mortor penggerak oleh kelompok tani.
Bambu yang digunakan untuk membuat lidi ini adalah Jenis :
Apus, Ori, Jawa, dan Ampel.
Produksi lidi yang dihasilkan adalah lidi setengah jadi, adalah lidi untuk tusuk sate ataul lainnya yang masih perlu proses peruncingan dan penghalusan. Produk lidi bambu ini dipasarkan kepada pabrik pengolah di Wonogiri dan Ponorogo.
Produksi yang dihasilkan oleh pengrajin tusuk sate ini adalah 1800 kg per bulan, dengan ukuran Panjang 20cm, 30, dan 40 cm , untuk dimeter lidi 2-3 milimeter. Dengan harga Rp. 6000,- per kilogram. Produksi adakalanya kurang dari itu tergantung cuaca, jika musim hujan produksi menurun karena tidak bisa menjemur lidi dengan baik, sehingga produksi lidi banyak yang berjamur. Hal ini menjadikan hambatan dalam usaha pembuatan lidi ini. Untuk mengatasi hal ini dilakukan pengeringan dengan oven, sehingga memerlukan biaya tambahan untuk produksi, sehingga mengurangi pendapatan. Hal ini tetap dilakukan untuk menjaga kontiunitas produksi suplay pasar.
Pada akhir ini perlkembangan produksi lidi tusuk sate mengalami penurunan, dari 1800 kg perbulan sekarang tinggal 300-400 kg perbulan, hal ini dikarenakan beberapa hal terkait dengan tataniaga tusuk sate. Beberapa kendala diantaranya :
- Pembayaran tunda di agen dan pabrik pengolah, sehingga pengrajin terganggu proses produksi karena perputaran modal terhambat.
- Beberapa pengarajin berhenti tidak produksi, karena terkendala pembayaran penjualan tersebut.
- Pasaran lokal yang ada menghendaki produk yang jadi yaitu tusuk sate yang sudah dipoles dan diruncingkan, sedangkan produksi yang ada belum bisa memenuhi permintaan tersebut karena terkendala mesin produksi yang belum dimiliki.
Saran dan masukan :
- Pengrajin dan Kelompok tani Hutan berharap ada bimbingan lebih lanjut terhadap kelngsungan usaha olahan bambu utamanya pembuatan lidi tusuk sate,
- Bantuan alat mesin produksi yang bisa untuk memproses Lidi Tusuk Sate yang jadi yang siap dikemas dan dipasarkan.
- Bimbingan pengemasan dan pemasaran produk lebih lanjut.
Kesimpulan :
Usaha pengolahan Bambu di Kelompok Tani Hutan Wonomulyo II , desa Sempu Kecamatan Nawangan Kabupaten Pacitan, masih sangat potensial untuk dikembangkan, perlu sentuhan bantuan Mesin Produksi sampai menjadi produk jadi , dan bimbingan Pengemasan serta pemasaran yang lebih baik,
Ayoo… Terus tingkatkan nilai produksi hasil hutan dengen Pengolahan bambu , agar petani lebih sejahtera. !!!