Secara Serentak Dalam Rangka Antisipasi Bencana Tsunami/Gelombang tinggi di Watumejo, Desa Kembang Kecamatan Pacitan
Kapolres Pacitan bersama Bupati Pacitan atau yang mewakili, Dandim, Ketua DPRD, Ka. Pengadilan Negeri, Kejaksaan, KCD Kehutanan beserta Penyuluh Kehutanan, Komandan Lanal, Ka Perikanan dan Kelautan, LH, KaPOSPOL AIRUP, Ketua dan anggota Pokmas Jangkar Segoro Kidul, Kades Desa Kembang dan perangkatnya, Anak anak Pramuka Saka Wana Bhakti Pacitan, Ibu ibu Darma Wanita CDK Wil Pacitan. Mengadakan Kegiatan di mana Kapolres Pacitan membuka acara penanaman mangrove secara serentak dalam rangka memperingati HUT Korps Brimob Ke 78 dan Polairud Ke 73 pada tanggal 30 Nopember 2023 melalui sambutannya dengan peserta yang hadir di Lokasi Penanaman Di Pantai Watumejo Desa Kembang Kec. Pacitan, dalam rangka mengenai antisipasi Bencana Tsunami / Gelombang tinggi di Wilayah Jawa Timur.
Penanaman mangrove bertujuan untuk melindungi pesisir pantai dari abrasi dan mengembalikan habitat hutan mangrove yang ada di tanah air. Bapak Kapolres Pacitan menekankan agar proses pelestarian tidak dilakukan hanya sebatas awal fase penanaman semata, tetapi dilanjutkan dengan perawatan demi hasil yang maksimal.
Yang paling penting adalah setelah ditanam dilakukan perawatan, dipantau, dan dirawat, sehingga betul-betul semuanya hidup, jangan hidupnya waktu panas ditanam tapi kemudian mati setelah ditinggal, semuanya harus dirawat dan dipelihara.
Kegiatan Penanaman secara serentak yang dilaksanakan dari Sabang sampai Merauke ini bertujuan agar laut menjadi subur dan terhindar dari abrasi. “Juga menyebarluaskan dan memberi contoh bahwa kita juga mampu melaksanakan penanaman mangrove tersebut.
Mangrove merupakan ekosistem yang tumbuh sepanjang garis pantai tropis dan sub tropis, biasanya pada perairan landai dan berada di sekitar muara sungai (Rahman, 2013). Mangrove berfungsi sebagai tempat pemijahan dan tempat makan bagi berbagai ikan, kerang, dan berbagai jenis kepiting. Mangrove juga sangat penting bagi kualitas air pada ekosistem di sekitar nya seperti ekosistem terumbu karang. Akar mangrove dapat menjadi pelarut nutrien, penahan gelombang, sedimen dan material suspensi yang terangkut dari sungai ke pantai serta melindungi dan mencegah erosi pantai (Rahman, 2013).
Ekosistem mangrove merupakan suatu ekosistem yang rentan akan kerusakan. Menurut Majid et.al (2016) mangrove di Indonesia saat ini dalam keadaan kritis, terdapat kerusakan sekitar 68 % atau 5,9 juta hektar dari laus keseluruhan 8,6 juta hektar. Hal tersebut cukup mengkhawatirkan, disebabkan ulah manusia seperti mengalihfungsikan lahan mangrove menjadi tambak, permukiman, ataupun tempat wisata secara besar-besaran serta tanpa izin dari pihak yang berwenang. Seperti penebangan mangrove untuk dijadikan wisata kolam pemandian. Kondisi ini memerlukan perubahan sikap dan persepsi untuk memperbaiki ekosistem mangrove Karena pentingnya mangrove untuk ekosistem dan juga biota yang ada di sekitarnya.
Upaya untuk memperbaiki ekosistem mangrove salah satunya dengan restorasi, untuk mengembalikan karakteristik dan fungsi ekosistem ini. Mangrove merupakan tumbuhan yang dapat melakukan penyembuhan sendiri, melalui suksesi sekunder dalam periode 15-30 tahun, dengan syarat pasang-surut air tidak berubah, dan tersedia propagul atau bibit (Setyawan dan Kusumo, 2006). Namun hal itu membutuhkan waktu yang sangat lama, maka perlunya restorasi buatan bantuan manusia untuk mempercepat proses restorasi.
Proses restorasi buatan bisa dengan cara penanaman propagul (bibit) dan juga semai. Namun, semai mempunyai keunggulan lebih dari pada propagul, karena mempunyai ukuran dan juga akar yang lebih kuat dari pada propagul. Akar dan ukuran semai dapat lebih mudah untuk beradaptasi terhadap kondisi lingkungan seperti kondisi tanah, salinitas, temperatur, curah hujan dan pasang surut (Hutahaian, Cecep, & Helmy, 1999).
oleh : Teguh Suroso, SP (Penyuluh Kehutanan muda)